Cabang Utama dalam Kajian Filsafat

Setelah beberapa lama absen, akhirnya saya bisa kembali lagi menulis. Kemarin-kemarin memang agak lelah dan capek soalnya. Banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan. Tetapi, itu tidak mengurangi semangat saya untuk melanjutkan blog ini. Oya, selamat membaca aja posting yang baru ini! ( ^_^ )

Pada posting yang berjudul Ranah Kajian Filsafat, saya sudah menjelaskan kalau wilayah penelaahan filsafat dapat dibagi menjadi 3 bagian. Hal ini meliputi kajian tentang Dunia, Manusia, dan Tuhan. Dari tiga subjek ini, filsafat dapat dipilah menjadi beberapa cabang seperti telah diuraikan pada posting tersebut. Namun demikian, kali ini saya akan membahas cabang kajian filsafat dengan rumusan yang agak berbeda dengan yang telah dijelaskan. Untuk lebih jelasnya, hal ini akan diuraikan pada paragraf-paragraf di bawah ini.

Dalam mempelajari filsafat, para ahli biasanya mengatakan bahwa cabang utama kajian filsafat (main branches of philosophy) itu terdiri dari Logika, Metafisika, Etika, Epistemologi, Estetika, Theologia, maupun Filsafat Ilmu. Ada juga yang mengatakan cabang lainnya, tergantung pada sisi mana mereka memberikan titik tekannya. Bagi pakar filsafat yang memiliki kecenderungan untuk menekuni masalah-masalah kemanusiaan, Etika dan Filsafat Politik menjadi cabang yang disorot secara khusus. Ketika titik tekan itu bergeser pada masalah-masalah kealaman atau keilmuan, maka giliran Epistemologi, Filsafat Ilmu, ataupun Metodologi Filosofis yang menjadi tumpuan. Sedangkan bila kajian yang sifatnya transendental menjadi perhatian utama, maka cabang Theologia, Ontologi, dan Metafisika yang mendapat giliran.

Oleh karena beragamnya titik tekan dalam memilah-milah cabang filsafat tersebut, tentu saja hal ini akan membuat filsafat menjadi sangat sukar dikaji. Sebab, ketika misalnya saya membaca filsuf yang sangat perhatian dengan masalah-masalah kemanusiaan, maka saya kehilangan arahan tentang kajian masalah kealaman dan juga masalah transendental. Begitupun juga ketika membaca filsuf yang memiliki titik tekan pada masalah lainnya.

Hal ini biasa terjadi dan itu memang sewajarnya. Ini terjadi karena setiap filsuf memiliki spesialisasi atau kekhususan pikiran dalam corak filsafatnya. Akan tetapi, bagi seseorang yang baru belajar filsafat atau orang yang ingin belajar filsafat secara mudah, ini menjadi masalah yang cukup mengganjal. Sebab, dengan tiadanya kesepakatan di antara para filsuf, cabang utama kajian filsafat hingga kini tidak pernah ditetapkan. Akibatnya, orang itu akan "tersesat" di belantara filsafat yang cukup luas. (Nah lho...! Tapi mungkin saja saya keliru karena sudah ada buku baru tentang masalah ini. Hehe... Tolong kasih tahu ya kalau ada info tentang ini. ;-) )

Karena masalah-masalah di atas, dalam blog ini, saya memutuskan untuk menetapkan secara sederhana saja apa yang dimaksud dengan cabang utama kajian filsafat itu. Kriteria untuk ini adalah cabang tersebut dapat dipakai sebagai dasar untuk mengkaji semua masalah yang telah disebutkan tanpa harus terjatuh pada satu titik penekanan. Dengan demikian, orang yang ingin belajar filsafat dengan mudah akan lebih fokus mempelajari masalah-masalah tersebut tanpa harus bergelut dengan kebimbangan.

Dari sekian banyak cabang filsafat, sebenarnya ada empat cabang yang bisa dijadikan dasar untuk memahami cabang lainnya. Cabang ini pun dapat mewadahi berbagai masalah yang ada. Empat cabang filsafat yang dimaksud adalah: Logika, Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi. Cabang filsafat ini dapat dipelajari berurutan. Berikut adalah penjelasan kenapa cabang filsafat ini dapat dipelajari secara bertahap.

Berpikir, secara umum, adalah kegiatan yang biasa dilakukan manusia. Tanpa ini, manusia tidak akan bisa bertahan dalam lingkungannya ataupun menyesuaikan diri dengan yang lainnya. Namun, berpikir saja tidak cukup. Ada cara-cara berpikir yang baik dan itu menjadi pedoman baginya agar tidak berpikir secara gegabah, sembrono, semaunya, sampai pada pikiran yang sesat. Cara inilah yang disediakan Logika. Selanjutnya, dengan berpikir, manusia bisa mengetahui sesuatu (= Epistemologi), yang juga merupakan kunci pemahaman atas sesuatu yang ada, sesuatu yang mungkin adanya, dan sesuatu yang tidak ada (= Ontologi). Baru setelah itu, kita dapat melakukan sesuatu penilaian atas apa yang kita pahami atau memahami nilai dari apa yang kita pahami (= Aksiologi).

Nah, dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa empat cabang itu cukup netral dan bisa dipakai untuk mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia, manusia, ataupun Tuhan. Oleh karena itu, empat cabang filsafat inilah yang akan saya jadikan dasar untuk masuk dalam cabang-cabang filsafat lainnya.

Misalnya, "Apakah Nazi-isme (berkaitan dengan partai politik Nazi yang didirikan oleh Adolf Hitler di Jerman) itu pola pikirnya keliru apa tidak?"
Dalam masalah ini, kita masuk dalam pembahasan Filsafat Politik melalui Logika.
Contoh lain: "Apakah kita dapat mengetahui awal terciptanya jagat raya?"
Pada soal ini, aspek Epistemologis menjadi dasar untuk memahami Kosmologi.
Begitupun dengan masalah-masalah lain dalam filsafat. Semuanya dapat dipahami dengan baik asalkan kita benar-benar memahami empat cabang filsafat tersebut.

Jadi, silahkan Anda mencari informasi tentang empat cabang filsafat tersebut. Ini karena dalam posting selanjutnya, saya akan membahas empat cabang filsafat ini satu per satu. Tentunya, kita akan mulai dari Logika terlebih dahulu.

Selamat membaca... (^_^)
Previous
Next Post »